Rabu, 15 Februari 2012

SISTIM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirrabila’lamiin, hal pertama, dan yang paling lebih utama marilah kita panjatkan puji serta syukur kita ke hadirat illahi rabbi yang bagaimana telah memberikan kepada kita beribu-ribu nikmat, diantaranya nikmat iman dan nikmat islam. Shalawat serta salam marilah kita curah limpahkan kepada Nabi besar kita, Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW. Yang bagaimana beliau telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga zaman ilmu pengetahuan, zaman kegelapan hingga zaman terang benderang seperti sekarang ini Jazakumullah khairan katsiran, kepada dosen yang telah membimbing selama pelajaran berlaku, sahabat-sahabat yang selalu menginspirasi, serta kedua orang tua yang selalu meridhoi, khusus nya kepada illahi rabbi yang bagaimana telah memberikan kesehatan dan kemudahan sampai tersusunnya makalah ini dengan baik. Segala kelebihan itu semua datangnya dari Allah, dan kekurangan datang nya dari diri sendiri, sadar maupun tidak, kesalahan mungkin terjadi, oleh karena itu diperlukannya kritik dan saran demi menyempurnakan makalah ini. Tujuan umum dibuatnya makalah ini untuk mengetahui sistem pembelajaran yang efektif sehingga siswa dapat mempelajari bahasa Arab dengan menyenangkan, lebihnya lagi dengan mengetahui sejarah dan fungsi bahasa Arab itu sendiri, keinginan belajar bahasa Arab akan tinggi dan selalu mencari kemudahan apabila terdapat kesulitan.

Bandung, Oktober 2011
Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belalakang

Kenyataan yang sering kita hadapi bahwa sesungguhnya kondisi pengajaran bahasa Arab di madrasah-madrasah / sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai kendala dan tantangan. Kendala dan tantangan tersebut paling tidak dapat terlihat dalamm beberapa hal berikut :
. Pertama, dari segi edukatif. Pengajaran bahasa Arab yang masih relatif kurang menopang oleh faktor-faktor pendidikan yang memadai.
Yang dimaksud faktor-faktor disini diantaranya faktor kurikulum (termasuk didalamnya orientasi dan tujuan, materi dan metodologi pengajaran serta sistem evaluasi), tenaga edukatif, sarana, dan prasarana.
. Kedua, dari segi sosial budaya. Pada umumnya peta pengajaran bahasa Arab berada dalam lingkungan sosial yang kurang kondusif kecuali di lingkungan pendidikan seperti Pondok Modern Gontor, LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) dan lain-lain.
. Ketiga, pendekatan politik. Akhir-akhir ini kita melihat di Indonesia banyak bermunculan pusat-pusat pengkajian terhadap sosial budaya bangsa lain yang sebetulnya bersifat politis.

Umpamanya, pusat studi bahasa selain Arab yang diadakan oleh berbagai universitas. Tetapi sampai sekarang nampaknya pusat studi Arab baik di lingkungan perguruan tinggi atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya eksistensinya belum teroptimalkan, hal ini merupakan peluang dan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk memulai membuka kerjasama dengan pendekatan politik yang lebih fail dengan bangsa-bangsa Arab. Pembukaan dan pengembangan pusat studi bahasa Arab yang eksistensinya betul-betul dioptimalkan secara komprehenship merupakan salah satu kongkrit yang bisa dan harus dilakukan, dengan harapan bisa memberikan kontribusi yang positif bagi perbaikan dan pengembangkan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia (Dr. H. Sofyan Sauri, 2009)

Bahasa Arab dipandang sulit, namun tak banyak orang yang mau mempelajarinya, oleh karena itu perlu adanya motivator yaitu guru pengajara bahasa Arab yang dapat membuat membelajaran bahasa Arab menjadi menyenangkan lebih lagi murid-murid lebih ingin mengetahui banyak tentang bahasa Arab itu sendiri, bagaimana itu akan terwujud? Makalah ini terdapat sistim pembelajaran efektif dan metode-metode yang dapat diterapkan kepada murid-murid yang kesulitan dalam mempelajari bahasa Arab

B. Perumusan Masalah

1. Apa fungsi bahasa dan sejarah bahasa Arab?
2. Apa fungsi guru?
3. Bagaimana sistim pembelajaran bahasa Arab yang efektif?
4. Matode apa saja yang dapat diterapkan?

C. Tujuan penulisan makalah

1. Untuk mengetahui fungsi bahasa dan sejarah bahasa Arab
2. Untuk mengetahui fungsi seorang guru
3. Untuk dapat menerapkan sistim pembelajaran bahasa Arab
4. Untuk memahami metode yang dapat diterapkan dalam pengajaran bahasa Arab

D. Manfaat penulisan makalah

1. Dapat menerapkan sistem pembelajaran bahasa Arab yang efektif kepada anak didik
2. mengetahui metode praktis dalam mengajar bahasa Arab

BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa adalah alasan-alasan mengapa seseorang berbicara. Fungsi bahasa pada umumnya mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan Ada dua macam fungsi bahasa yaitu :
a. Fungsi bersifat intrapersonal (mathetik). Yaitu penggunaan bahasa untuk memecahkan persoalan, mengambil keputusan, berfikir, mengingat dan sebagainya

b. Fungsi bahasa yang bersifat interpersonal (progmatik), yaitu yang menunjukkan adanya suatu pesan atau keinginan penutur (message) biasanya diungkapkan dalam bentuk kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat berita.

c. Fungsi bahasa yang paling utama sejak seseorang belajar bahasa adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dengan bahasa diadakan melalui dua macam aktivitas manusia yang mendasar, yaitu dengan berbicara dan mendengarkan (Clark&Clark, 1977)


B. Sejarah Bahasa Arab Linguistik arab berkembang pesat karena kedudukan bahasa arab sebagai bahasa kitab suci agama Islam, yaitu al-qur’an sedangkan kitab suci itu, menurut pendapat ulama Islam, tidak boleh diterjemahkan kedalam bahasa lain, ditafsirkan memang boleh, tetapi diterjemahkan tidak. Ada dua aliran linguistik arab, yaitu aliran basra dan aliran kufah. Yang namanya diambil sesuai nama kota tempat para linguis itu. Aliran basra mendapat pengaruh konsep analogi dari zaman yunani. Oleh karena itulah, mereka berpegam teguh pada kereguleran dan kesisitematikan bahasa arab.
Sebaliknya, aliran kufa memberikan perhatian kepada keanekaragaman bahasa dan dalam beberapa hal tampaknya mereka menganut fahan anomalin. Studi bahasa arab mencapai puncaknya pada abad ke-8 dengan terbitnya bubu tata bahasa arab berjudul Al-kutub atau yang lebih dikenal dengan nama Al-ayn, karya di bawahi dari kelompok linguistik basra dalam kitabnya itu Shibawahi juga membagi kata atas tiga yaitu ismu (nomin) fi’lun (verbum) dan harfun (partikel) dalam membuat deskripsi bunyi dimulai dari belakang, yaitu bunyi glotal stop Ayn itulah sebabnya buku tata bahasa ini disebut Al-ayn.
Velarisasi dan patalisasi juga telah di gambarkan dengan tepat. Hanya tentang konteks bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara belum dibicarakan (Chaer, 2007)

C. Guru dan Proses Pembelajaran

“Guru yang bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya pencapai standar nilai akademik secara nasional, tetapi juga mendapat pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidup mereka” Elaine B. Johnson Guru seharusnya menyadari bahwa mengajar merupakan suatu pekerjaan yang tidak sederhana dan mudah-mudahan sebaliknya, mengajar sifatnya sangat komplek karena melibatkan aspek pedagonis menunjukan pada kenyataan bahwa mengajar di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, guru harus mendalampingi para siswanya menuju kesuksesan belajar atau kedewasaan para siswa yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga materi, metode, dan pendekatan yang berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lainnya.
Demikian pula halnya dengan kondisi para siswa, kopetensi, dan tujuan yang harus mereka capai juga berbeda. Selain itu, aspek psikolog menunjukan pada kenyataan bahwa belajar proses belajar itu mengandung variasi. Cara penangkapan siswa terhadap ,ateri pelajaran tidak sama.
Cara belajar juga beragam. Belajar sendiri dipengaruhi oleh beragam aspek yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. (naim, 2009)


D. Sistem Pembelajaran

a. Membaca dan Menulis Membaca adalah hal yang paling penting dalam kehidupan kita dewasa ini. Usaha untuk menghilangkan / memberantas buta huruf telah dilakukan di berbagai negara, terutama di negara yang sedang berkembang agar orang mampu menerima informasi melalui bahan bacaan. Di samping membaca dianggap penting untuk komunikasi, juga karena membaca berkaitan erat dengan menulis. Sebelum membahas lebih lanjut tentang membaca, ada baiknya untuk memberikan sedikit bahasan tentang menulis supaya dapat terlihat bagaimana kaitan membaca dan menulis. Dari penelitian-penelitian ditemukan bahwa dalam membaca, terjadi informasi langsung dari bahasa tulisan ke makna (pengertian) karena pengertian yang ditangkap dari teks lebih dibimbing oleh konseptual manusia dari pada kata-kata yang tertulis dalam teks tersebut. Diasumsikan pula bahwa selama ia sedang mencerna kata-kata yang mendahuluinya. (prof. Dr. Samsunuwati Ma'rifat, 2005)

b. Seni Mengajar Bahasa Arab Dalam buku The Grolier International Dictionary, dikatakan bahwa seni mempunyai pengertian keahlian, bakat dan keterampilan. Menurut Sugarda Purba Kawatja dan H.A. Harahap dalam Ensiklopedi Pendidikan, seni adalah segala sesuatu yang membangkitkan perasaan indah dan yang diciptakan untuk perasaan seni itu sendiri. Jadi, seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam hati orang, yang dilahirkan dengan perantaraan alat-alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh panca indera, atau dapat dilahirkan dengan perantaraan gerak. Dari beberapa pengertian seni tersebut dapat disimpulkan bahwa seni adalah ekspresi jiwa seseorang yang merupakan suatu keahlian, bakat dan keterampilan dalam suatu bidang yang dapat membangkitkan perasaan indah (senang) yang dilahirkan ke dalam bermacam-macam media yang dapat ditangkap indera. Mengajar adalah aktivitas mengatur atau mengorganisir lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Di dalam menciptakan perasaan indah atau senang pada murid dalam proses belajarnya, seorang guru harus pandai-pandai melakukan hubungan baik dengan murid, menarik hati, kasih-sayang dan bertanggung-jawab, serta sifat-sifat mengajar yang baik lainnya. Untuk menciptakan suasana yang menarik dan tidak membosankan dalam mengajar, seorang guru harus memiliki faktor-faktor seperti pengetahuan, keterampilan, dan sifat-sifat kepribadian. Kesemua faktor ini harus ada pada guru sehingga seorang guru merupakan kepribadian yang khusus. Faktor pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan ilmu yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu materi yang harus diajarkan dan ilmu-ilmu tentang cara mengajar yang baik. Faktor-faktor sifat kepribadian merupakan unsur seni dalam mengajar. Menurut M.I. Soelaiman dalam bukunya Menjadi Guru, seorang guru harus memiliki faktor “x” yang tidak dapat begitu saja dipelajari atau bahkan diterangkan dengan jelas. Faktor seperti ini bukan dari hasil studi atau ke-terampilan belaka, melainkan di dalamnya tersirat unsur perasaan (feeling). Jadi, mengajar adalah gabungan dari unsur ilmu dan unsur seni. Unsur ilmu dapat dipelajari secara khusus misalnya pada perguruan-perguruan tinggi fakultas ilmu pendidikan, sementara unsur seni ada kaitannya dengan gaya pribadi (personal style) yang bisa terus berkembang melalui banyak praktik dan latihan. Bahkan, ada pendapat yang lebih ekstrim lagi, yaitu menurut Gilbert Highet dalam bukunya Seni Mendidik bahwa “teaching is an art not a science”. Mengajar akan lebih tepat jika diumpamakan dengan membuat suatu lukisan atau menggubah suatu lagu, atau diumpamakan pekerjaan sehari-hari seperti menanam bunga atau korespondensi. Walaupun pendapat-pendapat di atas tampak berbeda, namun yang jelas berbagai pendapat tersebut mengakui bahwa dalam mengajar ada unsur seninya, bahkan menurut penulis unsur seni dalam mengajar lebih menonjol daripada unsur ilmu. Artinya untuk bisa mengajar dengan baik seorang guru harus mengetahui dan memiliki seni mengajar. Akhirnya, dapat kita simpulkan bahwa seni mengajar bahasa Arab adalah suatu aktivitas guru dengan pengetahuan, keterampilan, dan gaya pribadinya untuk menyiapkan murid-murid pada suatu kondisi sebaik-baiknya sehingga terjadi proses belajar bahasa Arab yang efektif dan estetis. (Tamtam, 2010)

c. Prinsip-prinsip pengajaran Bahasa Arab (asing) Ada lima prinsip dasar dalam pengajaran bahasa Arab asing, yaitu prinsip prioritas dalam proses penyajian, prinsip koreksitas dan umpan balik, prinsip bertahap, prinsip penghayatan, serta korelasi dan isi;

a) Prinsip prioritas Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsip-prinsip prioritas dalam penyampaian materi pengajaran, yaitu; pertama, mengajarkan, mendengarkan, dan bercakap sebelum menulis. Kedua, mengajarkan kalimat sebelum mengajarkan kata. Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab. Mendengar dan berbicara terlebih dahulu daripada menulis. Prinsip ini berangkat dari asumsi bahwa pengajaran bahasa yang baik adalah pengajaran yang sesuai dengan perkembangan bahasa yang alami pada manusia-manusia, yaitu setiap anak akan mengawali perkembangan bahasanya dari mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan mendengar/menyimak harus lebih dulu dibina, kemudian kemampuan menirukan ucapan, lalu aspek lainnya seperti membaca dan menulis.

Ada beberapa teknik melatih pendengaran/telinga,yaitu:

(a) Guru bahasa asing (Arab) hendaknya mengucapkan kata-kata yang beragam, baik dalam bentuk huruf maupun dalam kata. Sementara peserta didik menirukannya di dalam hati secara kolektif. ii.Guru bahasa asing kemudian melanjutkan materinya tentang bunyi huruf yang hampir sama sifatnya. Misalnya: ه – ح, ء – ع س– ش, ز – ذ , dan seterusnya3.

(b) Selanjutnya materi diteruskan dengan tata bunyi yang tidak terdapat di dalam bahasa ibu (dalam hal ini bahasa indonesia, -edt) peserta didik, seperti: خ, ذ, ث, ص, ض dan seterusnya.

(c) Adapun dalam pengajaran pengucapan dan peniruan dapat menempuh langkah-langkah berikut. • Peserta didik dilatih untuk melafalkan huruf-huruf tunggal yang paling mudah dan tidak asing, kemudian dilatih dengan huruf-huruf dengan tanda panjang dan kemudian dilatih dengan lebih cepat dan seterusnya dilatih dengan melafalkan kata-kata dan kalimat dengan cepat. Misalnya : بى, ب, با, بو dan seterusnya. • Mendorong peserta didik ketika proses pengajaran menyimak dan melafalkan huruf atau kata-kata untuk menirukan intonasi, cara berhenti, maupun panjang pendeknya.

(d) Mengajarkan kalimat sebelum mengajarkan bahasa Dalam mengajarkan struktur kalimat, sebaiknya mendahulukan mengajarkan struktur kalimat/nahwu, baru kemudian masalah struktur kata/sharaf. Dalam mengajarkan kalimat/jumlah sebaiknya seorang guru memberikan hafalan teks/bacaan yang mengandung kalimat sederhana dan susunannya benar. Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru bahasa Arab dapat memilih kalimat yang isinya mudah dimengerti oleh peserta didik dan mengandung kalimat inti saja, bukan kalimat yang panjang (jika kalimatnya panjang hendaknya di penggal – penggal). Contoh: اشتريت سيارة صغيرة بيضاء مستعملة مصنوعة في اليا بان Kemudian dipenggal – penggal menjadi : اشتريت سيارة اشتريت سيارة صغيرة اشتريت سيارة صغيرة بيضاء Dan seterusnya. b) Prinsip korektisitas (الدقة) Prinsip ini diterapkan ketika sedang mengajarkan materi الأصوات (fonetik), التراكب (sintaksis), dan المعانى (semiotic).
Maksud dari prinsip ini adalah seorang guru bahasa Arab hendaknya jangan hanya bisa menyalahkan pada peserta didik, tetapi ia juga harus mampu melakukan pembetulan dan membiasakan pada peserta didik untuk kritis pada hal-hal berikut:

Pertama, korektisitas dalam pengajaran (fonetik).

Kedua, korektisitas dalam pengajaran (sintaksis).

Ketiga, korektisitas dalam pengajaran (semiotic).

(a) Korektisitas dalam pengajaran fonetik Pengajaran aspek keterampilan ini melalui latihan pendengaran dan ucapan. Jika peserta didik masih sering melafalkan bahasa ibu, maka guru harus menekankan latihan melafalkan dan menyimak bunyi huruf Arab yang sebenarnya secara terus-menerus dan fokus pada kesalahan peserta didik

(b) Korektisitas dalam pengajaran sintaksis Perlu diketahui bahwa struktur kalimat dalam bahasa satu dengan yang lainnya pada umumnya terdapat banyak perbedaan. Korektisitas ditekankan pada pengaruh struktur bahasa ibu terhadap Bahasa Arab. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kalimat akan selalu diawali dengan kata benda (subyek), tetapi dalam bahasa Arab kalimat bisa diawali dengan kata kerja ( فعل ).

(c) Korektisitas dalam pengajaran semiotik Dalam bahasa Indonesia pada umumnya setiap kata dasar mempunyai satu makna ketika sudah dimasukan dalam satu kalimat. Tetapi, dalam bahasa Arab, hampir semua kata mempunyai arti lebih dari satu, yang lebih dikenal dengan istilah mustarak (satu kata banyak arti) dan mutaradif (berbeda kata sama arti). Oleh karena itu, guru bahasa Arab harus menaruh perhatian yang besar terhadap masalah tersebut. Ia harus mampu memberikan solusi yang tepat dalam mengajarkan makna dari sebuah ungkapan karena kejelasan petunjuk.

d. Prinsip Berjenjang ( التدرج) Jika dilihat dari sifatnya, ada 3 kategori prinsip berjenjang, yaitu: pertama, pergeseran dari yang konkrit ke yang abstrak, dari yang global ke yang detail, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui. Kedua, ada kesinambungan antara apa yang telah diberikan sebelumnya dengan apa yang akan ia ajarkan selanjutnya. Ketiga, ada peningkatan bobot pengajaran terdahulu dengan yang selanjutnya, baik jumlah jam maupun materinya.

(a) Jenjang Pengajaran mufrodat Pengajaran kosa kata hendaknya mempertimbangkan dari aspek penggunaannya bagi peserta didik, yaitu diawali dengan memberikan materi kosa kata yang banyak digunakan dalam keseharian dan berupa kata dasar. Selanjutnya memberikan materi kata sambung. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat menyusun kalimat sempurna sehingga terus bertambah dan berkembang kemampuannya.

(b) Jenjang Pengajaran Qowaid (Morfem) Dalam pengajaran Qowaid, baik Qowaid Nahwu maupun Qowaid Sharaf juga harus mempertimbangkan kegunaannya dalam percakapan/keseharian. Dalam pengajaran Qawaid Nahwu misalnya, harus diawali dengan materi tentang kalimat sempurna (Jumlah Mufiidah), namun rincian materi penyajian harus dengan cara mengajarkan tentang isim, fi’il, dan huruf.

(c) Tahapan pengajaran makna ( دلالة المعانى) Dalam mengajarkan makna kalimat atau kata-kata, seorang guru bahasa Arab hendaknya memulainya dengan memilih kata-kata/kalimat yang paling banyak digunakan/ditemui dalam keseharian meraka. Selanjutnya makna kalimat lugas sebelum makna kalimat yang mengandung arti idiomatic. Dilihat dari teknik materi pengajaran bahasa Arab, tahapan-tahapannya dapat dibedakan sebagai berikut: pertama, pelatihan melalui pendengaran sebelum melalui penglihatan. Kedua, pelatihan lisan/pelafalan sebelum membaca. Ketiga, penugasan kolektif sebelum individu. Langkah-langkah aplikasi ( الصلابة والمتا نة) Ada delapan langkah yang diperlukan agar teknik diatas berhasil dan dapat terlaksana, yaitu:
• Memberikan contoh-contoh sebelum memberikan kaidah gramatika, karena contoh yang baik akan menjelaskan gramatika secara mendalam daripada gramatika saja.
• Jangan memberikan contoh hanya satu kalimat saja, tetapi harus terdiri dari beberapa contoh dengan perbedaan dan persamaan teks untuk dijadikan analisa perbandingan bagi peserta didik.
• Mulailah contoh-contoh dengan sesuatu yang ada di dalam ruangan kelas/media yang telah ada dan memungkinkan menggunakannya.
• Mulailah contoh-contoh tersebut dengan menggunakan kata kerja yang bisa secara langsung dengan menggunakan gerakan anggota tubuh.
• Ketika mengajarkan kata sifat hendaknya menyebutkan kata-kata yang paling banyak digunakan dan lengkap dengan pasangannya. Misalnya hitam-putih, bundar-persegi.
• Ketika mengajarkan huruf jar dan maknanya, sebaiknya dipilih huruf jar yang paling banyak digunakan dan dimasukkan langsung ke dalam kalimat yang paling sederhana. Contoh Jumlah ismiyyah: الكتاب في الصندوق, Contoh jumlah fi’iliyah : خرج الطاب من الفصل
• Hendaknya tidak memberikan contoh-contoh yang membuat peserta didik harus meraba-raba karena tidak sesuai dengan kondisi pikiran mereka.
• Peserta didik diberikan motivasi yang cukup untuk berekspresi melalui tulisan, lisan bahkan mungkin ekspresi wajah, agar meraka merasa terlibat langsung dengan proses pengajaran yang berlangsung. (Hidayat, 2008)

E. Metode Pembelajaran

Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan karena ia sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi cakap dan professional.” Penerapan metode pengajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien sebagai media pengantar materi pengajaran bila penerapannya tanpa didasari dengan pengetahuan yang memadai tentang metode itu. Sehingga metode bisa saja akan menjadi penghambat jalannya proses pengajaran, bukan komponen yang menunjang pencapaian tujuan, jika tidak tepat aplikasinya. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami dengan baik dan benar tentang karakteristik suatu metode. Secara sederhana, metode pengajaran bahasa Arab dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

pertama, metode tradisional/klasikal dan kedua, metode modern. Metode pengajaran bahasa Arab tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek gramatika/sintaksis (Qowaid nahwu), morfem/morfologi (Qowaid as-sharf) ataupun sastra (adab). Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah Metode qowaid dan tarjamah. Metode tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiah masih menerapkan metode tersebut. Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Pertama, tujuan pengajaran bahasa arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan ilmu sharaf.

Kedua kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak memakai harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga, bidang tersebut merupakan tradisi turun temurun, sehingga kemampuan di bidang itu memberikan “rasa percaya diri (gengsi) tersendiri di kalangan mereka”. Metode pengajaran bahasa Arab modern adalah metode pengajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab. Metode yang lazim digunakan dalam pengajarannya adalah metode langsung (tariiqah al – mubasysyarah). Munculnya metode ini didasari pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa. Penjelasan: a) Metode Qowa’id dan tarjamah (Tariiqatul al Qowaid Wa Tarjamah) Penerapan metode ini lebih cocok jika tujuan pengajaran bahasa Arab adalah sebagai kebudayaan, yaitu untuk mengetahui nilai sastra yang tinggi dan untuk memiliki kemampuan kognitif yang terlatih dalam menghafal teks-teks serta memahami apa yang terkandung di dalam tulisan-tulisan atau buku-buku teks, terutama buku Arab klasik11.

Ciri metode ini adalah:
(a) Peserta didik diajarkan membaca secara detail dan mendalam tentang teks-teks atau naskah pemikiran yang ditulis oleh para tokoh dan pakar dalam berbagai bidang ilmu pada masa lalu baik berupa sya’ir, naskah (prosa), kata mutiara (alhikam), maupun kiasan-kiasan (amtsal).
(b) Penghayatan yang mendalam dan rinci terhadap bacaan sehingga peserta didik memiliki perasaan koneksitas terhadap nilai sastra yang terkandung di dalam bacaan. (bahasa Arab – bahasa ibu).
(c) Menitikberatkan perhatian pada kaidah gramatika (Qowa’id Nahwu/Sharaf) untuk menghafal dan memahami isi bacaan.
(d) Memberikan perhatian besar terhadap kata-kata kunci dalam menerjemah, seperti bentuk kata kiasan, sinonim, dan meminta peserta didik menganalisis dengan kaidah gramatikal yang sudah diajarkannya (mampu menerjemah bahasa ibu ke dalam Bahasa Arab)
(e) Peserta tidak diajarkan menulis karangan dengan gaya bahasa yang serupa / mirip, dengan gaya bahasa yang dipakai para pakar seperti pada bacaan yang telah dipelajarinya, terutama mengenai penggunaan model gaya bahasa, al – itnab at Tasbi’ al Istiarah yang merupakan tren / gaya bahasa masa klasik. Aplikasi Metode Qowa’id dan tarjamah dalam proses pembelajaran;
(f) Guru mulai mendengarkan sederetan kalimat yang panjang yang telah dibebankan kepada peserta didik untuk menghafalkan pada kesempatan sebelumnya dan telah dijelaskan juga tentang makna dari kalimat-kalimat itu.
(g) Guru memberikan kosa kata baru dan menjelaskan maknanya ke dalam bahasa local/bahasa ibu sebagai persiapan materi pengajaran baru.
(h) Selanjutnya guru meminta salah satu peserta didik untuk membaca buku bacaan dengan suara yang kuat (Qiroah jahriah) terutama menyangkut hal-hal yang biasanya peserta didik mengalami kesalahan dan kesulitan dan tugas guru kemudian adalah membenarkan.
(i) Kegiatan membaca teks ini diteruskan hingga sekuruh peserta didik mendapat giliran. Setelah itu siswa yang dianggap paling bisa untuk menterjemahkan, kemudian selanjutnya diarahkan pada pemahaman struktur gramatikanya

. b) Metode langsung
(al Thariiqatu al Mubaasyarah) Penekanan pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus antara guru dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun menggunakan bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata maupun menerjemah, (dalam hal ini dibutuhkan sebuah media). Perlu menjadi bahan revisi disini adalah bahwa dalam metode langsung, bahasa Arab menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran dengan menekankan pada aspek penuturan yang benar ( al – Nutqu al – Shahiih), oleh karena itu dalam aplikasinya, metode ini memerlukan hal-hal berikut;
(a) Materi pengajaran pada tahap awal berupa latihan oral (syafawiyah)
(b) Materi dilanjutkan dengan latihan menuturkan kata-kata sederhana, baik kata benda ( isim) atau kata kerja ( fi’il) yang sering didengar oleh peserta didik.
(c) Materi dilanjutkan dengan latihan penuturan kalimat sederhana dengan menggunakan kalimat yang merupakan aktifitas peserta didik sehari-hari.
(d) Peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih dengan cara Tanya jawab dengan guru/sesamanya.
(e) Materi Qiro’ah harus disertai diskusi dengan bahasa Arab, baik dalam menjelaskan makna yang terkandung di dalam bahan bacaan ataupun jabatan setiap kata dalam kalimat.
(f) Materi gramatika diajarkan di sela-sela pengajaran,namun tidak secara mendetail.
(g) Materi menulis diajarkan dengan latihan menulis kalimat sederhana yang telah dikenal/diajarkan pada peserta didik.
(h) Selama proses pengajaran hendaknya dibantu dengan alat peraga/media yang memadai. Penutup Sebagai penutup, bahwa alur makalah ini lebih menekankan tentang pentingnya: Seorang guru (pendidik) sebaiknya memahami prinsip – prinsip dasar pengajaran bahasa Arab diatas sebagai bahasa asing dengan menggunakan metode yang memudahkan peserta didik dan tidak banyak memaksakan peserta didik ke arah kemandegan berbahasa. Adapun bagi bagi seorang siswa, bahwasanya belajar bahasa apapun, semuanya membutuhkan proses, banyak latihan dan banyak mencoba. (Hidayat, 2008)

BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
1. Fungsi bahasa adalah alasan-alasan mengapa seseorang berbicara. Fungsi bahasa pada umumnya mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan. Linguistik arab berkembang pesat karena kedudukan bahasa arab sebagai bahasa kitab suci agama Islam, yaitu al-qur’an sedangkan kitab suci itu, menurut pendapat ulama Islam, tidak boleh diterjemahkan kedalam bahasa lain, ditafsirkan memang boleh, tetapi diterjemahkan tidak. Ada dua aliran linguistik arab, yaitu aliran basra dan aliran kufah. Yang namanya diambil sesuai nama kota tempat para linguis itu.
2. Yang harus dilakukan seorang Guru antara lain mengajar, mendidik dan mendampingi demi tercapainya sebuah tujuan pembelajaran itu sendiri maupun tujuan untuk mencapai kesuksesan tertentu
3. Sistem pembelajaran yang efektif pertama kita harus mengajarkan sebuah materi, selanjutnya siswa diperdengarkan percakapan bahasa Arab oleh penutur nya, setelah itu siswa dapat menulis apa yang telah mereka dengar. Dan pada akhirnya mereka membaca apa yang telah mereka tuliskan. Kemudian materi yang akan diberikan harus berkesinambungan dengan materi sebelumnya, dan adanya peningkatan bobot pengajaran.
4. Metode yang di gunakan ada dua yaitu, kita membaca teks kemudian menerjemahkan serta mempelajari hukum-hukum yang terdapat pada bacaan tersebut. Yang kedua yaitu percakapan, siswa di biasakan untuk berbicara bahasa arab, agar mudah dan terbiasa menggunakannya

B. Saran

Sekarang bahasa Arab sudah di akui sangat penting untuk kemajuan dan perkembangan pendidikan agama Islam, dan di harapkan kepada orang tua selaku Guru terdekat, sekaligus yang dapat membimbing anak-anaknya sepenuhnya, perlunya memberikan pembelajaran bahasa Arab dari dini, agar pada saat anak menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi anak dapat pembekalan ilmu untuk mempalajari kitab-kitab pedoman agama Islam. Serta Guru yang mempunyai peran lebih di sekolah, dalam makalah ini telah di bahas banyak hal tentang sistim pembelajaran dan metode untuk dapat mengajarkan bahasa Arab yang efektif, dan dengan metode ini siswa dapat dengan cepat mempelajari dan memahami bahasa Arab dengan baik Masyarakat pun dapat mendirikan yayasan-yayasan yang dapat memdatang kan para mengajar propesional terutama mengajar bahasa Arab dan agama Islam, agar anak-anak itu selain belajar dirumah dan disekolah secara folmal maupun tidak formal merekan dapat belajar sambil bermain di lingkungan bermainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. (2007). linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta. Dr. H. Sofyan Sauri, M. (2009, februari 24). pembelajaran bahasa arab. Dipetik oktober 17, 2011, dari pembelajaran bahasa arab: http://erlan-abuhanifa.blogspot.com/2009/02/pembelajaran-bahasa-arab.html Hidayat, Y. (2008, juni 12). Arabic for all. Dipetik oktober 17, 2011, dari arabic for all: http://arabicforall.or.id/metode/studi-prinsip-dasar-metode-pengajaran-bahasa-arab/ naim, n. (2009). menjadi guru inspiratif. yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. prof. Dr. Samsunuwati Ma'rifat, P. (2005). psikolinguistik. bandung: REVIKA ADITAMA. Tamtam. (2010, nopember 25). Tamtam ponorogo. Dipetik oktober 17, 2011, dari tamtam ponorogo: http://tamrinfathoni.blogdetik.com/?p=12

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Syukran Katsiran.... sangat bermanfa'at.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...